Resume Pertemuan Ke 7

 


Assalammualaikum warohmatullohi.wa barokatuh.


Selamat malam teman - teman semua...

Apa kabarnya?


Semoga kita semua selalu sehat dan dalam lindungan Allah SWT.

Dan tak lupa sholawat serts salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.


Alhamdulillah malam ini kita kembali bertemu di acara Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI,gelombang ke -28.

Dan malam ini adalah pertemuan ke 7.


Temanya malam ini adalah :


MENGATASI WRITERS BLOCK


Sebagai moderator adalah ibu Rallyanti S.Sos M.Pd.

Dan sebagai nara sumber adalah ibu Ditta Widya Utami S.Pd.Gr.


Acara seperti biasa berlangsung secara daring di Via Grup Wa KBMN.


Sungguh luar biasa acara malam ini,bahkan sebagai opening diawali  sambutan dari

Omjay .Omjay berharap banyak  kepada peserta yang lulus di gelombang 28 ini karena bagi mereka yang  fokus dan membaca dengan seksama informasi yang ada dalam wa group ini.


Tak ada penulis yang malas membaca. Ingatlah selalu mantra ajaib Omjay. Membaca lah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi.

Banyak membaca akan membuat anda keliling dunia. Banyak ilmu dan pengetahuan anda dapatkan. Banyak pengalaman orang lain bisa anda tiru dan kemudian anda amalkan dalam kehidupan sehari-hari.


Tepat pukul 19.00 wib kita akan mulai materinya. Perhatikan dengan seksama informasi yang disampaikan oleh narasumber. Insya Allah resume malam ini akan terus bertambah dan kami akan dengan senang hati membacanya. Jangan sedih ketika blog anda sepi dari komentar. Anda bisa japri Omjay dan tim solid untuk membaca dan memberikan komentar. Selamat belajar menulis di pertemuan ketujuh.



Setelah acara di buka oleh moderator bu Rully ,Pembawa acara pada malam hari ini memulai dengan pengalaman beliau mengikuti kelas belajar menulis ini.


Alhamdulillah... dengan rutin mengikuti kegiatan, mensupport diri untuk terus menyelesaikan resume on time, saling blog walking memberi semangat (sejatinya sy menyemangati diri saya sendiri) kemudian akhirnya... saya pun dinyatakan lulus krn jumlah  resumenya sesuai kategori dan saya juga berhasil memiliki buku karya sendiri. 😍

Buku pertama saya berjudul "Wujudkan Mimpi Terbitkan Buku" kemudian di tahun berikutnya lahir buku solo yg kedua dengan judul "Guru di Era Digital". Selain itu, ada 17 judul buku antologi yg saya miliki baik fiksi mau pun nonfiksi.

Demikianlah sedikit pembukaan oleh moderator.


Selanjutnya dimulai materi oleh Nara Sumber ,yaitu Ibu Widya Utami,S.Pd.Gr.

Beliau  Seorang guru berprestasi dan sangat menginspirasi.

Insyaallah bu Ditta sudah siap menyapa dan memberikan materi malam ini yang bertema "Mengatasi Writer's Block"


Bu Widya berkata kalau boleh jujur, saya sangat senang melihat semangat Ibu Bapak dalam KBMN Gelombang ke-28. 


Hal ini terbukti dari resume yang dihasilkan dari setiap pertemuan. Jumlah yang menulis resume di grup ini jauh lebih banyak dari angkatan kami. Tulisan tulisannya juga sudah bagus-bagus. 😊👍🏻

Oleh karena itu, izinkan saya di malam ini berbagi tentang pengalaman menulis saya yg nantinya insya Allah berkaitan dengan tema.

Ibu dan Bapak hebat,

perkenalkan nama saya *Ditta Widya Utami*. Saya juga alumni kelas menulis yg kini bernama KBMN. Tepatnya alumni Gelombang Ke-7.

Siapa pun yang ingin menjadi penulis andal, maka harus siap dengan prosesnya.

Tak bisa instan tentu. Diperlukan jam terbang yang cukup banyak agar bisa menjadi seperti Omjay, Bunda Kanjeng, Pak Dail, Bunda Aam, Bu Rali, Mr. Bams, Prof. Eko, dan lainnya yang tak bisa saya sebut satu per satu.

Saya sendiri sudah senang membaca buku-buku cerita sejak kecil (sebelum SD). Senang menulis sejak di sekolah dasar (dalam buku diary). 


Lalu ... saat SMP, sering mengirim tulisan ke mading sekolah dan pernah menulis cerita di buku tulis yang dibaca bergiliran oleh teman-teman. 


Atas arahan guru Bahasa Inggris saya saat itu, saya juga menulis diary dalam bahasa Inggris.

Saya sendiri sudah senang membaca buku-buku cerita sejak kecil (sebelum SD). Senang menulis sejak di sekolah dasar (dalam buku diary). 


Lalu ... saat SMP, sering mengirim tulisan ke mading sekolah dan pernah menulis cerita di buku tulis yang dibaca bergiliran oleh teman-teman. 


Atas arahan guru Bahasa Inggris saya saat itu, saya juga menulis diary dalam bahasa Inggris.

Ketika SMA, saya masih tetap menulis diary. Beberapa teman dekat yang membaca diary saya sempat berkomentar bahwa tulisan saya sudah seperti novel 😅


Namanya anak remaja, banyak emosi yang dituangkan dalam catatan Ditta remaja. Namun belakangan, saya tahu bahwa menulis apa pun yang kita rasakan bisa menjadi _self healing_ yang baik.


Bahkan saat ini, beberapa psikolog ada yang menyarankan kepada para pasiennya untuk menulis sebagai salah satu cara mengatasi depresi dsb.

Rupanya kebiasaan menulis tersebut memberi banyak manfaat. Misalnya ketika kuliah, saya pernah membuat buku Petualangan Kimia bersama rekan saya dan diikutsertakan dalam Lomba Kreativitas Mahasiswa di Jurusan. Alhamdulillah meraih posisi kedua.


Di saat kuliah juga, saya menulis proposal bersama teman-teman dan kami berhasil mendapat dana hibah untuk asosiasi profesi dari Dikti hingga 40 juta. Di tahun 2009-2010 jumlah tersebut tentu sangat besar.

Awal masuk dunia kerja, bisa dibilang saya cukup vakum menulis. Mengajar di _boarding school_ dengan aktivitas yang padat membuat saya mengambil jeda sejenak dalam dunia kepenulisan.

Hingga akhirnya di awal masa pandemi, saya mengikuti kelas menulis bersama PGRI dan masuk di angkatan ke-7

Saya sangat bersyukur, karena berawal dari arahan untuk membuat resume, saya kemudian kembali aktif menulis di blog. Bahkan berkesempatan menulis bersama Prof. Eko. Alhamdulillah menjadi 1 di antara 9 orang (angkatan pertama tantangan Prof. Eko) yang bukunya terbit di penerbit mayor.

Karena terbiasa menulis juga, alhamdulillah saya bisa menyelesaikan esai di seleksi Calon Pengajar Praktik Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3 dan lulus. Alhamdulillah saat ini sedang bertugas lagi di Angkatan 6.

Ibu dan Bapak hebat dimana pun Anda berada, kita yang tergabung dalam grup ini tentu sepakat bahwa *menulis* memiliki banyak manfaat (disadari/tidak).

Ada yang menulis karena hobi, kebutuhan, tuntutan profesi, dan lain sebagainya. Apa pun alasannya, aktivitas menulis memang tak bisa lepas dari kita sebagai makhluk yang berbahasa dan berbudaya.

Nah, lalu apa kaitannya cerita saya dengan *_writer's block_?*

_Pertama,_ mari kita samakan persepsi bahwa aktivitas menulis itu maknanya luas.

Sebagaimana dalam kisah di awal, ada tulisan pribadi dalam bentuk diary, ada karya tulis ilmiah, ada cerpen, artikel, resume, dsb.

*Menulis* adalah *kata kerja* yang hasilnya bisa sangat beragam. Oleh karena itu tak hanya *novelis, cerpenis, jurnalis atau blogger*, namun ada juga *_copywriter_* yg tulisannya mengajak orang untuk membeli produk, ada *_content writer_* yang bertugas membuat tulisan profesional di website, ada *_script writer_* penulis naskah film/sinetron, ada *_ghost writer, techincal writer, hingga UX writer, dll_*.

Faktanya, penulis-penulis tersebut masih bisa terserang *virus WB* alias *_Writer's Block_*. 


Tak peduli tua atau muda, profesional atau belum, WB bisa menyerang siapa pun yang masuk dalam dunia kepenulisan.


Oleh karena itu, penting bagi seorang penulis untuk mengenali WB dan cara mengatasinya.

Karena ...


WB ini bisa menjangkit dalam hitungan detik, menit, hari, minggu, bulan, bahkan tahunan.


Tergantung seberapa cepat kita menyadari dan mengatasinya.

Sederhananya, WB adalah kondisi dimana kita mengalami kebuntuan menulis. Tak lagi produktif atau berkurang kemampuan menulisnya.


Hal ini bisa terjadi dengan disadari atau pun tidak.

Istilah _writer's block_ sebenarnya sudah ada sejak tahun 1940an. Diperkenalkan pertama kali oleh Edmund Bergler, seorang psikoanalis di Amerika.

Berkaca dari pengalaman, WB ini bisa terjadi berulang. Me-reinfeksi kita sebagai penulis. Itulah mengapa saya katakan WB ini sebagai "virus" yang sesekali bisa aktif bila kondisinya memungkinkan.

Ibarat penyakit, tentu akan lebih mudah disembuhkan bila kita mengetahui faktor penyebabnya, bukan?


Begitu pula dengan WB. Agar bisa terhindar atau segera terlepas dari WB, maka kita perlu mengenali penyebabnya.


Berikut adalah beberapa hal yang dapat mengakibatkan WB:


*Mencoba metode/topik baru dalam menulis* sebenarnya bisa menjadi penyebab sekaligus obat untuk WB.


Misal ketika jadi penyebab:


Ada orang yang senang menulis cerpen atau puisi. Kemudian tiba-tiba harus menulis KTI yang tentu saja memiliki struktur dan metode penulisan yang berbeda. Bila tak lekas beradaptasi, bisa jadi kita malah terserang WB.

Lalu bagaimana ini bisa menjadi salah satu obat WB? Jawabannya akan berkaitan dengan faktor penyebab WB yang kedua dan ketiga.

Dalam Kamus Psikologi, *stres* diartikan sebagai ketegangan, tekanan, tekanan batin, tegangan dan konflik.


*Lelah fisik/mental* akibat aktivitas harian yang padat juga dapat memicu stress.


Pada akhirnya, jangankan menulis, kita bisa merasa jenuh dan suntuk. Terserang WB deh.

Maka, *mencoba hal baru dalam menulis bisa jadi alternatif solusi.*


Mempelajari hal-hal baru yang berbeda dengan sebelumnya pasti menyenangkan.


Beberapa teman dan saya sendiri terkadang memilih untuk sejenak rehat dan melakukan hal yang disukai untuk refreshing.


*Membaca* buku-buku ringan untuk cemilan otak juga bisa jadi solusi mengatasi WB. Biar bagaimanapun, WB bisa terjadi karena kita belum bisa mengekspresikan ide dalam bentuk kata.


Dengan membaca, kita bisa menambah kosa kata. Pada akhirnya, jika diteruskan insya Allah bisa sekaligus mengatasi WB.


Terakhir yang bisa menyebabkan WB adalah *terlalu perfeksionis.*

Ibu Bapak hebat, masih ingat kisah saya menulis diary berbahasa Inggris yang saya ceritakan di awal? 😊


Jika saya membuka kembali diary berbahasa Inggris yang saya tulis saat duduk di kelas 2 SMP, saya akan tersenyum bahkan tertawa sendiri.


Bagaimana tidak?


Grammar nya saja _banyak yang tidak sesuai_, tapi saya tetap PD menulis 😄 tak hanya satu, ada dua atau tiga diary.

Tapi, justru itulah *salah satu kunci menghadapi WB*


Bila saat itu saya terlalu perfeksionis, terlalu memikirkan apakah tulisan saya sudah sesuai kaidah atau belum, niscaya diary berbahasa Inggris itu tidak akan pernah rampung.

Kondisi menulis dimana kita tidak memikirkan salah eja, salah ketik, koherensi dsb ternyata dalam dunia psikologi dikenal dengan istilah *free writing* atau menulis bebas.

Nah, jadi siapa di sini yang masih khawatir tulisannya tidak dibaca? Khawatir dinyinyir orang? Khawatir dikritik ahli? Khawatir tulisannya nggak bagus? Dan masiiih banyak kekhawatiran lainnya.

Yuk, dicoba menulis bebas untuk mengatasi salah satu penyebab WB-nya 😊👍🏻

Bukankah tulisan yang buruk jauh lebih baik daripada tulisan yang tidak selesai?


Demikianlah penjelasan yang panjang dan lebar dari Ibu Ditta Widya Utami.


Selanjutnya memasuki sesi tanya jawan yang langsung diserbu oleh semua peserta yang antusias untuk bisa menulis lebih baik dan bisa mengatasi bila Writer's block melanda.

Yang terpenting menulis saja dulu.


Demikianlah resume dari saya untuk pertemuwn ke 7 ini

Semoga dapat bermanfaat untuk kita semua.

Wabillahi taufik wal hidayah Assalammualaikum warohmatullohi wabarokatuh.


Kota hujan,23 Januari 2023

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini